“Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

Lukas 11:27-28

 

Kebahagiaan merupakan suatu hal yang lumrah dicari seluruh dunia di sepanjang zaman. Namun sebenarnya ada satu hal yang lebih langka yang dunia ini tidak sadari. Itulah sebabnya Yesus, Guru Agung umat manusia, tidak melalaikan tugasnya untuk mengajar manusia di mana kebahagiaan sejati itu dibangun. Yesus memulai Khotbah di Bukit dengan menyampaikan siapa orang yang berbahagia.

Orang-orang Yahudi mengira mereka menikmati terang firman Tuhan di Perjanjian Lama, namun sebenarnya mereka dan seluruh dunia tertipu olehnya. Mereka membayangkan diri mereka lebih bahagia daripada orang lain di dunia tetapi menempatkan kebahagiaan mereka dalam hak-hak istimewa eksternal seperti menjadi anak-anak Abraham dan Yakub, memiliki Hukum Musa, menjadi orang-orang bersunat, memiliki hak istimewa lahiriah sebagai umat  Allah yang khusus, dan menjadi bangsa dimana Mesias berasal sebagaimana yang dijanjikan Tuhan.

Dalam Lukas 11, ada sebuah kisah mengenai seorang wanita yang sedang mendengarkan khotbah Yesus yang begitu indah. Dia begitu terharu di dalam kekagumannya akan khotbah tersebut sampai-sampai dia begitu yakin bahwa Yesus benar-benar sosok yang luar biasa. Ia bahkan yakin bahwa Yesus adalah sang Mesias itu. Alasan mengapa wanita Israel menganggap kemandulan sebagai malapetaka yang besar adalah karena mereka berharap untuk menjadi ibu atau nenek moyang dari sang Mesias. Itulah sebabnya mereka menganggap wanita yang mengandung dan menyusui sang Mesias adalah wanita yang sangat berbahagia.

Namun Kristus berkata kepada perempuan ini bahwa yang lebih berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah. Memang wanita ini begitu mengagumi perkataan Yesus sampai membuatnya berekspresi seperti itu. Namun Yesus mengingatkannya bahwa sekalipun wanita tersebut tidak mengandung dan menyusui Mesias, dia tetap bisa menjadi lebih bahagia daripada Maria dengan cara mendengarkan dan memelihara firman Tuhan. Wanita ini memiliki kesempatan untuk mendengarkan firman Kristus dan sekarang telah mendengarkannya. Jika wanita ini bukan hanya mendengarkan saja tetapi juga memberi perhatian kepada apa yang dia telah dengar, maka dia akan menjadi jauh lebih berbahagia.

Betapa indah hak istimewa yang Tuhan berikan kepada perawan Maria dengan menjadikannya ibu dari Yesus Kristus, Anak Allah, Pencipta dunia, Penyelamat para pendosa, dan Hakim atas malaikat dan manusia. Betapa indahnya hak istimewa yang dimiliki oleh perempuan yang rahimnya mengandung dari kuasa Roh Kudus. Benar, dia telah beroleh kasih karunia  dan disebut berbahagia di antara wanita sebagaimana malaikat mengatakannya dalam Lukas 1:28, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau: diberkatilah engkau diantara semua wanita.”

Dari kisah tersebut, dia memang sangat pantas disebut perawan yang berbahagia, sebagaimana dia sendiri mengatakannya dalam Lukas 1:48-49: “Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” Itulah sebabnya Kristus dalam perikop ini tidak menyangkal apa yang dikatakan wanita tersebut, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau,” namun lebih berbahagia lagi mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.

Betapa besar hak istimewa perawan muda ini untuk mengandung dalam rahimnya, menggendong dalam tangannya, dan menyusui melalui buah dadanya, seorang Bayi yang adalah Anak Allah yang Mahatinggi, yang perkasa dan kekal, yang dikasihi dengan kasih Allah yang tak berkesudahan, Pencipta, Penguasa surga dan bumi, dan Penyelamat umat manusia. Dimana dengan ini Maria mengatakan, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku.”

Namun, mendengar dan memelihara firman Tuhan membuat seseorang lebih berbahagia daripada seluruh hak istimewa yang baru disebutkan. “Mendengarkan firman Tuhan” dapat dimaksudkan sebagai mendengar secara eksternal, internal, maupun spiritual. Wanita yang kalimatnya dijawab oleh Yesus tersebut mendengar firman secara eksternal. Sebab itu, Kristus memberi tahu bahwa jika ia mendengar dan memelihara firman, ia akan lebih berbahagia daripada segala hak istimewa yang baru saja disebutkan.

Pendengaran firman Tuhan secara internal dan spiritual meliputi tiga hal:

  1. Mengerti secara spiritual, dengan mendengar kebesaran dan keajaiban yang terkandung di dalamnya serta kemuliaannya sebagaimana itu diwahyukan oleh Roh Tuhan ke dalam jiwa pendengar.
  2. Jadi di dalam pendengaran spiritual tersirat kepatuhan pada firman, sebuah penerimaan akan firman sebagai kebenaran dan sebagai suatu hal yang nyata dan jelas.
  3. Dengan ini juga tersirat penyerahan dan kecondongan hati. Pendengaran spiritual ini bukan sekadar persetujuan dari pikiran, melainkan persetujuan dari kehendak.

Memelihara firman Tuhan berarti:

  1. Mempraktikkan dengan ketat dan penuh perhatian, hidup berpadanan firman Tuhan, mempelajari doktrin dari firman Tuhan, dipengaruhi dan diperintah oleh firman dalam hidup, serta menelaah aturan-aturan dalam firman Tuhan untuk dilakukan.
  2. Tidak pernah kehilangan, membuang, atau mengabaikan firman Tuhan dan satu perintah pun, melainkan memeliharanya hingga akhir hidup kita.

Mendengarkan dan memelihara firman Tuhan memberikan sukacita akan persatuan dan persekutuan spiritual dengan Tuhan. Lebih berbahagia memiliki persekutuan spiritual dengan Tuhan dan  memiliki relasi keselamatan dengan-Nya melalui ikatan dari Roh-Nya serta latihan pengabdian yang sungguh-sungguh daripada hanya berkomunikasi dengan Tuhan secara eksternal, menyaksikan representasi-Nya yang kelihatan, manifestasi dari kehadiran dan kemuliaan-Nya, dan mendengar suara-Nya dengan telinga jasmani sebagaimana yang terjadi pada Musa. Karena dalam hubungan spiritual ini jiwa berada dekat dan memiliki porsi yang lebih khusus daripada dalam hubungan eksternal manapun.

Adalah lebih berbahagia untuk memiliki hubungan spiritual dengan Yesus Kristus – menjadi murid-Nya, saudara-Nya, anggota tubuh-Nya – daripada hanya memiliki relasi sementara, maupun menjadi saudara atau ibu kandung-Nya.

Matius 12:47-50 berkata: “Maka seorang berkata kepada-Nya: ‘Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.’ Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: ‘Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?’ Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: ‘Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.’” Mereka adalah ibu-Nya, saudari atau saudara-Nya dalam pengertian yang lebih tepat dan berbahagia. Mereka yang mendengarkan dan memelihara firman, melakukannya sesuai dengan pengertian dan menaruh Kristus dalam hatinya. Kristus nyata dalam hati mereka. Galatia 4:19 berkata, “Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.”

 

Adalah lebih berbahagia untuk memiliki Kristus di dalam hati daripada di dalam rahim. Adalah lebih berbahagia untuk memiliki Kristus di dalam lengan iman dan kasih daripada lengan atau dada yang pernah dialami oleh perawan Maria.

 

Oleh: Jonathan Edwards

Lokasi

Jl. Taman Daan Mogot I No.2,
Tj. Duren Utara, Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11470

Ayo berbincang

info@fires.id
+62878-8080-4567

Privacy Preference Center