“Tuhan adalah jawaban dari kerinduan kita yang paling dalam”
1 Korintus 6:13 (Phillips)
Suatu sore di bulan Desember, kami sedang mengobrak-abrik garasi. Di saat itu, saya mencium bau dari bahan kulit yang masih baru. Ternyata bau itu berasal dari belakang sebuah kotak, ada tali kekang kuda yang baru di sana. Sejak saat itu, sinterklas hilang dari masa kecil saya. Tidak ada lagi minuman 7-Up dan kue kering di rak perapian pada malam Natal. Tidak ada lagi surat-surat yang saya tulis untuk Kutub Utara. Tidak ada lagi gula untuk rusa kutub yang menarik kereta, tidak ada wortel juga untuk mereka. Saya menjadi lega. Sesuatu jauh di lubuk hati saya memberitahu saya bahwa itu semua hanyalah tipuan. Mulai saat itu, Natal menjadi sesuatu yang lebih serius. Menjadi jauh lebih penting.
Saya baru berusia 7 tahun, tetapi saat itu jelas bahwa 25 Desember adalah hari yang istimewa dan hari yang suci. Kebaktian malam Natal dengan cahaya lilin di gereja Reformed Episkopal kami memiliki makna yang baru dan lebih mendalam. Hampir dalam 1 malam, Malam natal menjadi salah satu “malam sunyi” untuk merenungkan keajaiban dari Yesus Kristus.
Tempat kudus itu menjadi gelap tetapi begitu hangat. Dari atas sampai bawah, setiap bangku diberikan sebatang lilin untuk dinyalakan di tangan. Ketika lilin milik saya dinyalakan, saya memegangnya erat-erat, menatap api lilin tersebut. Saya merasa seolah-olah sedang memegang sesuatu yang suci. Ketika saya berlutut untuk berdoa, saya berusaha membuat doa saya bertahan selama lilin kecil itu bisa bertahan, seolah-olah itu akan menjadi bukti keinginan hati saya bahwa ini menjadi malam yang paling penting. Saya ingin Yesus tahu betapa istimewanya Yesus di pikiran saya.
Saya berdoa dengan sungguh-sungguh dan cukup lama. Tetapi ketika saya duduk kembali di bangku, saya mengharapkan sesuatu yang lain terjadi. Sesuatu untuk mengisi kerinduan aneh yang ada di dalam diri saya.
Itu adalah kerinduan orang percaya selama berabad-abad yang ada di dalam hati mereka.
Allah memberitakan kehendak-Nya tentang Mesias ketika Dia membuat janji kepada Abraham. Dan apa yang Abraham lakukan? Roma 4:3 memberi tahu kita bahwa dia percaya Tuhan. Hanya itu yang perlu dia lakukan. Sisanya dipercayakan kepadanya sebagai kebenaran.
Tapi saya bertanya-tanya bagaimana perasaan Abraham dua minggu kemudian. Atau berbulan-bulan kemudian. Bagaimana perassan anak-anaknya setelah bertahun-tahun kemudian? Dan bagaimana dengan keturunannya, setelah ribuan tahun? Berapa lama orang-orang ini menunggu sebelum akhirnya mereka berhenti percaya?
Faktanya, banyak yang berhenti percaya. Mereka tidak memiliki keyakinan. Mereka tidak menganggap bahwa Tuhan adalah pemelihara janji. Akibatnya, mereka tidak memiliki kebenaran.
Tapi yang lain tetap percaya. Mereka memimpikan hari itu, mereka mengharapkan masa depan, mereka menaruh kepercayaan mereka pada janji Tuhan. Hal ini tidak diragukan lagi, adalah orang-orang yang mengakui Natal ketika itu terjadi. Inilah orang-orang yang mengenal Yesus. Inilah orang-orang yang menunggu akan janji. Zakharia dalam Lukas 1 berkata “Puji Tuhan, Allah Israel, karena dia telah datang (seperti yang Dia katakan melalui para nabi di masa lampau) untuk mengingat perjanjian kudus-Nya, janji yang Dia sumpahkan kepada Bapa Abraham” (Lukas 1:68, 70, 72-73). Zakharia dan banyak orang seperti dia, tidak berhenti percaya. Dan iman mereka dianggap sebagai kebenaran.
Di sisi keabadian ini, Natal masih merupakan janji. Ya, Juruselamat telah datang, dan bersama-Nya damai di bumi, tetapi cerita tersebut belum selesai. Ya, ada damai di hati kita, tetapi kita merindukan damai di dunia kita.
Hari Natal masih menjadi hari yang kita lewati setiap tahunnya sampai Yesus kembali. Setiap 25 Desember menandai satu tahun lagi yang mendekatkan kita pada pemenuhan janji itu, yang membawa kita lebih dekat ke rumah.
Ketika kita menyadari bahwa Yesus adalah jawaban atas kerinduan terdalam kita, bahkan kerinduan akan Natal, setiap Advent membawa kita lebih dekat akan kedatangan Tuhan ke bumi. Ketika kita melihat Dia sebagai Raja dari segala raja dan Tuan dari segala tuan, di situlah “Natal” terjadi!
Bicara tentang memberi hadiah natal! Pikirkan saja kelimpahan ini.
Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. (1 Korintus 1:7)
Dan lagu-lagu natal? Anda akan mendengar nyanyian yang tidak pernah anda dengar sebelumnya. Dengarkan..
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.” (Wahyu 19:6)
Paduan suara Natal? Belum pernah ada paduan suara seperti demikian.
Pada mereka ada kecapi Allah. . . Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!” (Wahyu 15:2-3)
Benar, jalan utama di kota Anda mungkin didekorasi dengan indah untuk musim tersebut, tetapi bayangkan ini.
Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening. (Wahyu 21:21)
Ya, kami menyukai cahaya lilin di malam musim dingin dan kelap kelip lampu Natal di kegelapan, tetapi dapatkah Anda membayangkan ini?
Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. (Wahyu 22:5)
Surga akan segera tiba. Sebuah perayaan akan segera terlaksana pada saat itu. Kita berjinjit di ujung keabadian, siap melangkah ke surga baru dan bumi baru. Dan aku tidak sabar menunggu.
Saya tidak sabar menyanyikan “Hai Mari Berhimpun” saat saya berkumpul dengan teman dan keluarga saya untuk menyembah Tuhan di surga. Saya tidak sabar untuk memberi-Nya karunia iman yang telah dimurnikan, “betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Efesus 1:18). Dengan berlutut, bersama raja dan gembala, bersama-sama kita akan memuji Dia dan menyanyikan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi” (Lukas 2:14)! Dan untuk selama-lamanya kita akan mengikuti Dia yang adalah “Bintang Kejora yang terang” (Wahyu 22:16)
Natal adalah undangan perayan yang belum terjadi. Jika Anda memiliki kerinduan Natal, Anda akan merasa puas. Bertahanlah dan katakan bersama saya, “Maranatha! Datanglah Tuhan!”
Oleh: Joni Eareckson Tada