Refleksi Khotbah FIRES (Kamis, 4 April 2019)

Pengkhotbah: Pdt. Edward Oei

 

Alkitab mencatat kehidupan Saul dan Daud di dalam kitab Samuel. Jika kita melihat Saul hanya berdasarkan 1 Samuel 9 saja, kita akan menilai Saul sebagai orang yang disenangi oleh Tuhan. Sebaliknya, jika kita melihat Daud hanya berdasarkan 2 Samuel 11, kita akan menganggap Daud sebagai orang yang paling tidak berkenan kepada Tuhan.

Namun, bukankah justru sebaliknya yang terjadi pada akhir hidup mereka? Allah justru menilai Saul tidak setia dan menilai Daud orang yang paling mengerti isi hati-Nya. Ini artinya, nilai manusia tidak bisa disimpulkan hanya berdasarkan satu peristiwa tertentu, tetapi harus dilihat keseluruhannya sampai akhir hidupnya.

Demikian juga saat kita menilai diri kita atau orang-orang di sekitar kita. Hanya karena hari ini kita gagal dan melakukan sebuah dosa, bukan berarti kita adalah umat yang pasti akan dibuang Tuhan. Sebaliknya, ketika hari ini kita dapat taat melakukan firman Tuhan, kita tidak boleh sombong dan merasa bahwa kita tidak mungkin berdosa lagi di kemudian hari.

Nilai diri kita yang sesungguhnya bukan dilihat berdasarkan kegagalan/pencapaian kita pada waktu tertentu, melainkan berdasarkan identitas yang Allah berikan kepada kita. Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan meskipun kita jatuh ke dalam dosa, Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa kita dan menjadikan kita umat pilihan-Nya. Di sinilah seharusnya kita meletakkan nilai diri kita.

Status sebagai umat Allah inilah yang seharusnya mendorong kita untuk hidup dengan rendah hati dan penuh pengharapan. Kita memang masih bisa berdosa, namun kita tidak perlu terus-menerus terpuruk karena ada kuasa kemenangan atas dosa yang Allah berikan kepada kita. Kita juga harus tetap rendah hati dan mengakui bahwa kemampuan kita untuk taat firman Tuhan pun hanya datang dari Allah.

Selama kita masih hidup, masih ada kesempatan untuk bertobat dan untuk makin giat melayani Tuhan. Jangan kita terpaku pada satu kisah dalam hidup kita saja. Biarlah setiap harinya kita terus belajar hidup dengan benar di hadapan Tuhan, sehingga pada akhir hidup kita nanti, Allah pun berkenan kepada kita sebagaimana Ia berkenan kepada Daud.

 

Refleksi oleh: Stanislaus Ivanovich