Refleksi Khotbah FIRES (Kamis, 18 April 2019)
Pengkhotbah : Pdt. Edward Oei
Sebagai orang Kristen, Kejadian 1:27 mungkin merupakan salah satu ayat yang kita hafal di luar kepala. Ayat tersebut mencatat bahwa Allah menciptakan manusia – laki-laki dan perempuan – menurut gambar-Nya. Konsekuensi logis dari menjadi ciptaan berarti kita memiliki tujuan hidup yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
Katekismus Singkat Westminster memberikan jawaban perihal tujuan hidup manusia sebagai ciptaan Allah, yaitu untuk menikmati dan memuliakan Allah selamanya. Namun, kita sebagai manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa telah salah kaprah di dalam mengartikan kalimat ini. Kita mereduksi “menikmati Allah” menjadi sama dengan menikmati berkat Allah saja. Implikasi dari kesalahpahaman tersebut adalah kita cenderung membanggakan gelar kita, posisi kita dalam pekerjaan, status sosial kita, dan bahkan kita memuja angka yang tertera dalam akun bank kita. Terlebih lagi, kita mungkin merasa tidak diberkati oleh Allah jika kita tidak diterima di sekolah / universitas unggulan, tidak dipekerjakan oleh kantor ternama, tidak memiliki baju, sepatu dan tas yang bermerek internasional, tidak memiliki sejumlah nominal di akun bank kita, atau tidak mendapatkan “likes” yang banyak pada unggahan kita di media sosial!
Alkitab mengajarkan hal yang sebaliknya. Menikmati Allah bukan sekadar menikmati berkat-berkat Allah saja, melainkan menikmati keselamatan yang sudah Allah berikan kepada kita melalui kematian Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus, di atas kayu salib. Kematian Kristus merupakan paradoks yang mengajarkan kepada kita bahwa justru di dalam kesengsaraan, kita dapat paling menikmati dan memuliakan Allah. Melalui kematian-Nya, Kristus menjadi jalan pendamaian antara Allah Bapa dan manusia berdosa. Inilah arti nikmat yang sesungguhnya: menikmati relasi dengan Allah, menikmati surutnya murka Allah, dan diganti dengan curahan kasih-Nya yang berlimpah kepada kita.
Jadi, mari kita mencapai tujuan hidup kita sebagai orang Kristen untuk menikmati dan memuliakan Allah selamanya. Menikmati Dia melalui membaca Alkitab dan berdoa, walaupun mungkin keadaan hidup kita tidak senantiasa baik / sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Refleksi oleh: Widya Sheena