Refleksi Khotbah FIRES
Minggu, 28 April 2024
Pengkhotbah : dr. Diana Samara
Ayat Alkitab : Roma 8:12-17
Ketika kita menonton sebuah film, perhatian kita pasti tertuju pada tokoh utama. Alur cerita film berpusat pada kehidupan tokoh utama dan ia menjadi pusat perhatian di sepanjang film. Di dalam hidup ini, kita juga mungkin sering merasa menjadi tokoh utama. Apa pun yang terjadi, fokus utama harus ada di diri kita. Kita harus menjadi yang paling untung dan paling nyaman. Kita juga harus menjadi yang paling diperhatikan, dimengerti, dan dilayani seumpama terjadi hal yang buruk dan merugikan kita. Well, kondisi ini dikenal sebagai Main Character Syndrome.
Main Character Syndrome adalah bentuk egoisme. Ini terjadi karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan menjadi budak dosa. Bahkan, segala usaha kita untuk berbuat baik dan lepas dari dosa masih berkaitan dengan egoisme karena kita mau diri kita dinilai baik oleh orang lain. Manusia berdosa tidak mungkin bisa melepaskan diri dari perbudakan dosa.
Syukur kepada Allah yang sudah melepaskan kita dari perbudakan dosa. Allah Anak, yaitu Yesus Kristus, sudah menebus kita dari dosa, dan Allah Bapa telah mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya. Dengan demikian, kita sekarang dapat menjalani hidup yang tidak lagi berpusat pada diri, melainkan kepada Allah dan perintah-Nya untuk mengasihi Allah lebih dari apa pun dan mengasihi sesama kita manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Menjadi anak Allah artinya kita menjadikan Allah sebagai tokoh utama dalam hidup kita. Alur cerita hidup kita haruslah berpusat pada Allah dan kehendak-Nya, pusat perhatian dan fokus utama dalam hidup kita haruslah Allah dan firman-Nya, dan Allah juga yang harus terus kita layani sepanjang hidup kita.
Namun, upaya untuk menggeser tokoh utama dari diri kepada Allah tentulah tidak mudah. Kita masih hidup di dalam dunia yang berdosa dan masih harus bergumul dengan diri kita yang berdosa. Kita memerlukan pertolongan dari Roh Kudus untuk memimpin kita setiap hari, bahkan setiap detik, untuk berfokus kepada Allah dan kehendak-Nya. Mari kita belajar untuk mengalihkan pusat perhatian dari diri kepada Allah dalam keseharian kita, mulai dari hal-hal kecil seperti pakai waktu lebih banyak untuk berelasi dengan Allah melalui firman dan doa daripada untuk memilih foto yang akan diunggah ke media sosial demi diperhatikan dan mendapatkan likes. Mari kita belajar memberikan spotlight kepada Allah sehingga orang lain di sekitar kita juga bisa melihat siapa sesungguhnya sang tokoh utama yang sejati di dalam hidup ini.
Refleksi oleh: Angel Ganur