Refleksi Khotbah FIRES

Minggu, 12 Mei 2024

Pengkhotbah: dr. Diana Samara

Ayat Alkitab: Roma 8:17-18

Jika ada suatu hal yang kita anggap berharga atau penting, kita pasti mengerahkan seluruh diri kita untuk bisa mendapatkan hal itu. Misalnya, ujian akhir di kampus yang menentukan kelulusan kita. Kita pasti rela memberikan diri sepenuhnya untuk belajar dari pagi sampai pagi lagi. Rasa lapar, ngantuk, dan sakit pun tak terasa lagi demi belajar dan meraih kelulusan.

Sebagai orang Kristen, kita sering mengaku bahwa Allah sangat berharga dan penting dalam hidup kita. Ironisnya, tingkah laku kita sering kali menunjukkan hal yang sebaliknya. Kita tidak pergi ibadah karena merasa pusing sedikit. Kita tidak ikut pelayanan karena merasa tidak mampu melakukannya. Kita bahkan dengan mudahnya mengabaikan baca Alkitab dan berdoa karena merasa terlalu lelah dan mengantuk.

Kita bisa rela memberikan yang terbaik untuk ujian karena merasa itu menguntungkan kita. Kalau tentang urusan rohani dan pelayanan, apa untungnya buat kita? Ini adalah pemikiran yang keliru. Thomas Watson, seorang Puritan, mengatakan bahwa tidak ada perintah yang Allah berikan yang bukan untuk kebaikan (atau keuntungan) kita. Kita menjalankan perintah-Nya demi bisa memuliakan dan menikmati Allah selamanya.

Jika kita sungguh-sungguh mengaku bahwa Allah berharga dan penting dalam hidup kita, sudah seharusnya kita menyelaraskan setiap tingkah laku dengan pengakuan ini. Kita bisa memulai dengan memangkas setiap alasan yang kita sering kemukakan untuk tidak menjalankan perintah-Nya. Alasan-alasan kita sering kali hanyalah masalah sepele yang sebenarnya bisa kita lampaui. Kita dapat melihat dan mengikuti teladan dari banyak tokoh-tokoh di Alkitab maupun tokoh-tokoh iman besar lainnya sepanjang sejarah tentang bagaimana mereka mengerahkan seluruh diri mereka dalam mengikuti perintah Tuhan. Kita juga dapat saling terbuka dengan sesama saudara seiman atau rekan persekutuan untuk saling mendukung dan memberikan dorongan dalam mendobrak kelemahan kita. Mari kita belajar menyatakan betapa berharga dan pentingnya Allah, bukan di mulut saja tetapi jelas terlihat dalam setiap tindakan kita.

Refleksi oleh: Widya Sheena