Refleksi Khotbah FIRES (Jumat, 22 Maret 2019)
Pembicara : Pdt. Edward Oei
Tema : Epistemologi
Kita sering berpikir bahwa “Jika saya belajar, saya pasti bisa mengerti.” “Kalau saya mau belajar dengan sungguh-sungguh, saya pasti dapat memahami seluruh kebenaran!” Semuanya tergantung saya. Sayalah yang pada akhirnya menentukan apakah kebenaran tertentu dapat dipahami atau tidak. Benarkah demikian?
Mari kita lihat contoh Newton. Newton “menemukan” hukum gravitasi setelah kepalanya tertimpa buah yang jatuh dari pohon. Apakah Newton adalah orang pertama yang mengalami hal ini? Tentu saja tidak. Para petani yang pada waktu itu sedang panen buah pasti pernah “kejatuhan” buah. Bahkan ilmuwan-ilmuwan lain pada zaman itu mungkin juga pernah mengalami hal serupa. Tetapi, mengapa mereka tidak menemukan hukum gravitasi ketika mengalami pengalaman seperti Newton? Mengapa orang-orang ini hanya bisa ngomel-ngomel dan bukannya menemukan rumusan hukum gravitasi?
Fakta ini menunjukkan satu hal yang sederhana: kita bukanlah sumber kebenaran. Jika kita dapat mengerti sesuatu, itu bukan tergantung keinginan dan kemampuan kita, tetapi sepenuhnya bergantung pada Allah. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran dan Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita (Yoh.14:17, 26). Roh Kuduslah yang menentukan siapa yang akan mengerti pada waktu yang Dia kehendaki. Jika Roh Kudus tidak membukakan pengertian kita dan memberikan “klik”, kita tidak akan pernah dapat mengerti apapun.
Kesadaran akan hal ini seharusnya membuat kita rendah hati dan bergantung sepenuhnya kepada belas kasihan Tuhan untuk menitihkan kebenaran tepat pada waktunya. Maka moto yang benar dalam pembelajaran kita bukanlah “Jika saya belajar, saya pasti bisa mengerti” tetapi “Jika Tuhan berbelas kasihan, barulah saya akan mengerti.”
Refleksi oleh: Regina Clara Widjaja