Jumat, 19 April 2019
Pengkhotbah: Pdt. Edward Oei
Kematian muncul sebagai gambaran yang menakutkan bagi umat manusia. Sebagian besar orang mungkin tidak berkeinginan mengalami kematian. Oleh karena itu, kita melakukan upaya maksimal untuk menjaga hidup kita. Beberapa orang bahkan rela menggunakan segala cara yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti mencuri roti atau susu agar mereka dan anak-anak mereka bisa makan. Orang-orang bersedia mengeluarkan sumber daya yang besar untuk pulih dari penyakit atau menjaga kesehatan mereka.
Memang, manusia cenderung untuk menghindari kematian dan berusaha memperkaya kehidupan yang mereka jalani saat ini. Namun, fokus individu sering kali hanya pada aspek fisik atau materi dunia. Kita hidup untuk mengejar kepuasan diri dan memenuhi keinginan pribadi. Hal-hal yang sementara diutamakan, sedangkan hal-hal yang bersifat kekal sering diabaikan.
Pandangan ini sangat bertentangan dengan ajaran Kekristenan. Hidup manusia tidak hanya berakhir di dunia ini; ada kehidupan setelah kematian. Pilihan yang ada hanya dua: hidup dalam kasih abadi Tuhan atau hidup di bawah murka-Nya untuk selamanya. Apa yang kita pilih dan lakukan selama hidup di Bumi akan mempengaruhi jenis kehidupan yang kita jalani setelah kematian. Jika, selama masa di dunia ini, kita memilih untuk percaya kepada Kristus dan hidup bersama-Nya, kita akan mengalami kasih-Nya untuk selamanya. Sebaliknya, jika kita memilih untuk menolak dan melawan Kristus, kita akan tenggelam dalam murka-Nya.
Konsep kehidupan setelah kematian bukanlah abstraksi hampa; hal ini terbukti dalam kemenangan Yesus Kristus atas kematian. Penyaliban dan kebangkitan-Nya mencerminkan bahwa eksistensi manusia melampaui kematian, dengan tubuh fisik yang bangkit setelah kematian. Pemahaman ini seharusnya membimbing kita dalam menjalani hidup di dunia ini. Kita tidak seharusnya menghabiskan semua energi, pikiran, dan sumber daya untuk menghiasi tubuh materi ini. Lebih penting untuk menggunakan sumber daya berharga ini untuk merawat jiwa kita yang kekal.
Kedatangan kematian yang tak terelakkan tidak perlu menimbulkan ketakutan; sebaliknya, itu seharusnya menjadi inspirasi kita untuk mepersiapkan diri. Dengan mempersiapkan diri, kita dapat menyambut kematian dengan sukacita, memasuki ranah kasih Tuhan untuk kebahagiaan kekal. Mari kita mulai persiapan ini sekarang, karena tidak ada yang tahu kapan saatnya akan tiba.
Refleksi oleh: Rose Purba