Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
Yesaya 9:5-6
“Seorang anak telah lahir.” Orang Yahudi memutarbalikkan bagian ini (Yes. 9:5-6) dan menafsirkan bahwa “anak” di sini berkaitan dengan Hizkia, walaupun ia telah dilahirkan sebelum nubuatan tersebut dinyatakan. Namun, Yesaya dengan jelas mengatakan nubuatan ini sebagai hal yang baru dan tidak terduga; lebih jauh lagi, ini adalah sebuah janji yang dimaksudkan untuk membangkitkan harapan orang beriman mengenai peristiwa di hari depan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa Yesaya sedang menjelaskan tentang seorang anak yang akan dilahirkan nantinya.
“Penasihat Yang Ajaib.” Perhatikan, gelar-gelar ini bukanlah hal yang asing terhadap sang Anak. Yesaya menggunakannya untuk menjelaskan mengenai identitas yang Kristus nyatakan kepada orang-orang percaya. Penebusan yang Ia lakukan melampaui penciptaan dunia ini. Hal ini berarti: anugerah Allah yang dinyatakan di dalam Kristus, melampaui semua mukjizat yang ada.
Sang Penebus itu akan diberkahi dengan bijaksana yang absolut. Mari kita ingat, sang nabi tidak sedang menjelaskan mengenai rahasia dari Kristus tetapi mengenai kekuatan yang Ia tunjukkan kepada kita. Bukan karena Ia mengetahui seluruh rahasia Allah Bapa, sehingga sang nabi menyebutnya sebagai Penasihat Yang Ajaib, tetapi karena di dalam segala hal Ia adalah Guru yang teragung dan sempurna. Seluruh yang diperlukan dalam keselamatan, dinyatakan oleh Kristus dan dijelaskan dengan cara yang begitu intim sehingga ia memanggil murid-murid-Nya tidak lagi sebagai hamba melainkan sebagai sahabat.
Ia dipanggil sebagai Allah Yang Perkasa dengan alasan yang sama ketika Yesaya 7:14 memanggil Dia Immanuel. Jika di dalam Kristus kita hanya menemukan natur kemanusiaan dan kedagingan, maka penyembahan kita kepada-Nya akan menjadi sia-sia dan bodoh, dan harapan kita ditaruh di atas pondasi yang tidak pasti dan tidak terjamin. Tetapi jika Ia menyatakan diri-Nya sebagai Allah, bahkan Allah Yang Perkasa, maka kita dapat bersandar kepada-Nya. Hal ini tentu baik bagi kita karena pertandingan kita adalah menghadapi iblis, kematian, dan dosa (Ef. 6:12), musuh-musuh yang terlalu kuat dan berkuasa, yang dapat langsung menaklukkan kita jika Kristus tidak menopang dan menjadikan kita tak terkalahkan. Dari sebutan ini, kita belajar bahwa, di dalam kelimpahan perlindungan, Kristus memelihara keselamatan kita, sehingga kita tidak perlu menginginkan hal lain selain diri-Nya; Dia adalah Allah yang rela menunjukkan kuasa-Nya bagi kita. Hal ini juga merupakan kunci yang memimpin kita untuk membedakan antara identitas Kristus yang misterius dan kuasa yang Ia singkapkan kepada kita.
Nama “Bapa” berarti sebagai “Pemilik” karena Kristus memelihara keberadaan gereja-Nya di sepanjang zaman dan memberikan kekekalan kepada tubuh dan juga setiap anggotanya. Oleh karena itu, kita harus memimpin rasio kita kepada hidup yang kekal dan penuh anugerah yang kita tidak lihat tetapi kita dikuasai oleh harapan dan iman (Rm. 8:2)
Raja Damai. Inilah gelar terakhir yang dimana sang Nabi menyatakan bahwa kedatangan Kristus menjadi penyebab dari sukacita yang penuh dan sempurna, atau setidaknya keselamatan yang penuh anugerah. Kata Ibrani dari “damai” berkaitan dengan “kelimpahan”, karena tidak ada berkat yang lebih baik atau dinantikan daripada kedamaian. Maksudnya adalah semua orang yang takluk kepada pemerintahan Kristus akan dipimpin kepada kehidupan yang damai dan diberkati di dalam ketaatan kepada-Nya. Oleh karena itu, kehidupan tanpa Raja ini adalah hidup yang tidak damai dan menyedihkan.
Namun, kita perlu mempertimbangkan esensi dari kedamaian tersebut. Hal ini mirip dengan konsep Kerajaan Allah sekarang, yang terealisasi di dalam hati nurani orang percaya saat ini. Jika tidak dipahami dengan demikian, kita akan terlibat di dalam konflik yang tidak berkesudahan dan harus menghadapi serangan hari demi hari. Bukan hanya kedamaian secara eksternal yang Dia janjikan, tetapi kita yang dahulunya seteru Allah dikembalikan ke dalam status yang diperkenan Allah. Dibenarkan oleh iman, kata Paulus, sehingga kita berdamai dengan Allah. (Rm. 5:1)
Perkembangan pemerintahan-Nya dan kedamaian-Nya berlangsung selama-lamanya. Yesaya mulai dengan menjelaskan apa yang diucapkan sebelumnya (Kristus adalah Raja Damai) dengan mengatakan bahwa pemerintahan-Nya berkembang di setiap zaman dan bersifat abadi; tidak ada akhir bagi pemerintahan dan kedamaian-Nya. Hal ini diucapkan kembali oleh Daniel, yang mengatakan bahwa Kerajaan Kristus adalah kerajaan yang kekal (Dan. 7:27). Gabriel juga mengatakan hal ini ketika ia menyampaikan pesan kepada anak dara Maria; dan ia memberikan pemaparan yang benar dari bagian ini, karena hal ini tidak boleh dikaitkan dengan yang lain selain Kristus. Dia akan berkuasa, kata malaikat, atas rumah Yakub untuk selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya akan ada selama-lamanya (Luk. 1:33). Kita dapat melihat bahwa kuasa dari pemerintahan dunia akan ditunggangbalikkan secara tidak terduga, dan jatuh secara tiba-tiba, seolah pemerintahan mereka dibangung atas pondasi yang licin.
Kepada pemerintahan-Nya, Ia memberikan kedamaian yang kekal, karena kedua hal ini tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Tidak mungkin bagi Kristus untuk menjadi Raja tanpa memberikan ketenangan, kedamaian, dan berkat yang berlimpah. Tetapi karena mereka terekspos terhadap banyak serangan setiap harinya, dibingungkan dan dibuat ketakutan dan kecemasan, maka mereka harus tinggal di dalam kedamaian Kristus (Fil. 4:7), sehingga mereka tetap bisa berada di dunia yang menuju kehancuran ini.
Ia akan memerintah di atas pemerintahan Daud dan kerajaannya. Daud telah menerima janji bahwa Sang Penebus akan lahir dari keturunannya (2Sam. 7:12-13); kerajaannya hanyalah bayang-bayang dari keadaan atau situasi yang lebih sempurna dan penuh dengan berkat yang Allah telah tetapkan akan diberikan melalui tangan Anak-Nya. Sang nabi mengingatkan para umat mengenai mukjizat yang agung tersebut dengan memanggil Kristus sebagai keturunan Daud (Yer. 33:15).
Ketika Yesaya mencatat, “Karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya,” kata keadilan dan kebenaran tidak mengacu kepada urusan di luar sana. Kita harus menyelidiki analogi antara Kerajaan Kristus dan kualitas-kualitasnnya; sebagai hal yang spiritual, kerajaan ini didirikan oleh kuasa dari Roh Kudus. Singkatnya, semua hal ini harus dilihat sebagai acuan dalam batin seseorang, yaitu kita dilahirbarukan oleh Allah ke dalam kebenaran yang sejati. Memang benar bahwa hal-hal yang lahiriah akan mengikuti, tetapi hal tersebut harus didahului dengan pembaruan rasio dan hati. Kita bukanlah pengikut Kristus, jikalau kita tidak mengikuti apa yang baik dan adil dan menaruhnya di dalam hati kita, tanda dari kebenaran yang telah dimeteraikan oleh Roh Kudus.
Oleh John Calvin