Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

(Matius 2:1-6)

 

Tidak diketahui siapa orang-orang majus ini. Nama dan tempat tinggal mereka sama-sama dirahasiakan dari kita. Kita hanya diberitahu bahwa mereka datang “dari timur.” Kita tidak dapat mengatakan apakah mereka orang Babel atau orang Arab. Apakah mereka belajar mengharapkan Kristus dari sepuluh suku yang ditawan atau dari nubuatan Daniel, kita juga tidak tahu. Tidak masalah siapa mereka. Hal yang paling penting untuk menjadi perhatian kita adalah pelajaran yang diberikan melalui kisah mereka kepada kita.

Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa mungkin ada hamba-hamba Tuhan yang sejati di tempat-tempat di mana kita seharusnya tidak berharap untuk menemukannya. Tuhan Yesus memiliki banyak “yang tersembunyi”, seperti orang majus ini. Kisah mereka mungkin hanya sedikit yang dikenal seperti kisah mengenai Melkisedek, Yitro, dan Ayub. Tetapi nama mereka tercatat di dalam Kitab Kehidupan, dan mereka akan dipertemukan bersama Kristus pada hari kedatangan-Nya. Hal ini baik untuk diingat. Kita tidak boleh melihat sekeliling bumi dan berkata dengan tergesa-gesa, “Semuanya gersang.” Rahmat Tuhan tidak terikat pada ruang maupun waktu. Roh Kudus dapat memimpin jiwa kepada Kristus tanpa bantuan sarana lahiriah apa pun. Manusia mungkin dilahirkan di tempat-tempat gelap di bumi, seperti orang-orang majus ini, namun seperti mereka diarahkan untuk memiliki “hikmat yang menuntun pada keselamatan.” Ada beberapa yang mungkin beradai di surga saat ini, yang tidak diketahui oleh gereja dan dunia. Mereka tumbuh subur di tempat-tempat rahasia seperti “bunga bakung di antara duri”, dan tampaknya “menyia-nyiakan rasa manis mereka di udara gurun”. Tetapi Kristus mengasihi mereka, dan mereka mengasihi Kristus.

Kedua, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tidak selalu mereka yang memiliki hak paling religius yang paling menghormati Kristus. Kita mungkin mengira bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi akan menjadi orang pertama yang bergegas ke Betlehem, karena rumor sekecil apa pun bahwa Juruselamat telah lahir. Tapi ternyata tidak demikian. Beberapa orang asing tak dikenal dari negeri yang jauh justru adalah yang pertama kali bergegas ke Betlehem, di samping para gembala yang disebutkan oleh Lukas, yang bersukacita saat kelahirannya. “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” (Yohanes 1:11). Betapa menyedihkan gambaran sifat manusia ini! Betapa sering hal yang sama terlihat di antara kita sendiri! Betapa sering orang yang tinggal paling dekat dengan sarana rahmat adalah mereka yang paling mengabaikannya! Ada terlalu banyak kebenaran dalam pepatah lama, “Semakin dekat gereja semakin jauh dari Tuhan.” Keakraban dengan hal-hal sakral memiliki kecenderungan yang buruk untuk membuat kita memandang rendah rahmat-Nya. Ada banyak yang, dari tempat tinggal dan kenyamanan, harus menjadi yang pertama dan terpenting dalam penyembahan kepada Tuhan, namun selalu terakhir. Ada banyak orang yang mungkin diharapkan menjadi yang terakhir, yang selalu menjadi yang pertama.

Ketiga, ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa mungkin ada pengetahuan tentang Kitab Suci di kepala, sementara tidak ada kasih karunia di dalam hati. Kita diberitahu bahwa Raja Herodes diutus untuk menanyakan para imam dan tua-tua “di mana Mesias akan dilahirkan” (ayat 4). Kita diberitahu bahwa mereka memberinya jawaban cepat, dan menunjukkan pengenalan yang akurat mengenai isi Kitab Suci. Tetapi mereka tidak pernah pergi ke Betlehem untuk mencari Juruselamat yang akan datang. Mereka tidak akan percaya pada-Nya ketika Dia melayani di antara mereka. Kepala mereka lebih baik dari pada hati mereka. Marilah kita waspada akan rasa puas dengan pengetahuan di kepala kita. Pengetahuan ini adalah hal yang sangat baik bila digunakan dengan benar. Tetapi seseorang mungkin sekali memiliki banyak pengetahuan, dan tetap binasa selamanya. Bagaimana keadaan hati kita? Ini pertanyaan yang bagus yang patut kita tanyakan pada diri kita. Sedikit anugerah lebih baik dari pada banyak karunia. Karunia saja tidak menyelamatkan siapa pun; tapi anugerah menuntun pada kemuliaan.

Keempat, ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita contoh yang sangat bagus tentang ketekunan rohani. Betapa merepotkannya orang-orang majus ini untuk melakukan perjalanan dari rumah mereka ke tempat Yesus dilahirkan! Berapa mil yang melelahkan yang harus mereka tempuh! Kelelahan seorang musafir Timur jauh lebih besar dari yang bdapat kita bayangkan. Perjalanan itu memakan waktu yang sangat lama. Bahaya yang dihadapi pun tidak bisa dianggap remeh maupun sedikit. Tetapi tidak satu pun dari hal-hal ini yang membuat mereka gentar. Mereka telah menetapkan hati mereka untuk melihat Dia “raja orang Yahudi yang baru dilahirkan” (ayat 2), dan mereka tidak pernah beristirahat sampai mereka melihat-Nya. Mereka membuktikan kepada kita kebenaran pepatah lama, “Di mana ada kemauan di situ ada jalan.”

Akan lebih baik bagi semua yang mengaku Kristen jika mereka lebih siap untuk mengikuti teladan orang-orang majus ini. Dimana penyangkalan diri kita? Rasa sakit apa yang kita alami demi mendapatkan sarana kasih karunia? Ketekunan apa yang kita tunjukkan dalam mengikuti Kristus? Apa kerugian yang kita alami demi ibadah kita? Ini adalah pertanyaan yang serius. Mereka layak mendapat pertimbangan yang serius. 

Kelima, ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita contoh iman yang mencolok. Orang bijak ini percaya kepada Kristus sekalipun mereka belum pernah melihat-Nya; namun itu belum semuanya. Mereka percaya kepada-Nya ketika para ahli Taurat dan orang Farisi tidak percaya; tapi sekali lagi itu belum semuanya. Mereka percaya pada-Nya ketika mereka melihat-Nya sebagai bayi kecil di atas pangkuan Maria, dan memuja-Nya sebagai Raja. Ini adalah titik puncak dari iman mereka. Mereka tidak melihat keajaiban untuk meyakinkan mereka. Mereka tidak mendengar ajaran-ajaran muluk untuk membujuk mereka. Mereka tidak melihat apa pun selain bayi yang baru lahir, tidak berdaya dan lemah, membutuhkan perhatian ibu seperti kita semua. Namun ketika mereka melihat bayi itu, mereka percaya bahwa mereka melihat Juruselamat dunia! “Mereka sujud menyembah Dia” (ayat 11).

Kita bisa berkata bahwa tidak ada iman yang lebih besar dari iman orang Majus ini di seluruh Alkitab. Ini adalah iman yang pantas ditempatkan berdampingan dengan iman dari pencuri yang bertobat. Pencuri itu melihat seseorang sekarat hampir mati sebagai seorang penjahat, namun ia berdoa kepada-Nya, dan “memanggil-Nya Tuhan.” Orang bijak melihat bayi yang baru lahir di pangkuan seorang wanita malang, namun menyembah-Nya, dan mengaku bahwa Dia adalah Kristus, Mesias. Berbahagialah orang yang beriman demikian!

Ini adalah jenis iman yang Tuhan sendiri hormati. Kita melihat buktinya sampai hari ini. Di mana pun Alkitab dibaca, tingkah laku orang-orang majus ini diketahui dan diceritakan sebagai peringatan bagi mereka. Marilah kita berjalan dalam langkah iman mereka. Janganlah kita malu untuk percaya kepada Yesus dan mengakui-Nya, meskipun sekitar kita tetap acuh tak acuh dan tidak percaya. Bukankah kita memiliki bukti seribu kali lebih banyak untuk membuat kita percaya bahwa Yesus adalah Kristus daripada yang dimiliki orang majus itu?

 

Oleh: J. C. Ryle