Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”

Matius 2:1-2

 

Di dalam Matius kita diberitahu bahwa beberapa saat setelah kelahiran Yesus Kristus–mungkin sekitar 2 tahun setelah peristiwa tersebut–orang Majus datang dari Timur untuk menyembah Dia. Kisah yang sederhana ini selalu diceritakan di dalam kebanyakan perayaan Natal di berbagai tempat. Karena kisah ini mudah untuk dipahami, dan sudah banyak menghiasi baik di dalam seni maupun literatur.

Dari Alkitab, kita hanya mengetahui sedikit informasi mengenai orang Majus tersebut. Jutaan kartu Natal memperlihatkan tiga orang Majus ini memberikan persembahan kepada anak kecil di dalam palungan. Orang-orang menyanyikan “We Three Kings of Orient Are.” Tetapi kita tidak mengetahui apakah jumlah orang Majus yang membawa persembahan adalah tiga orang. Kita tidak tahu bahwa mereka adalah raja, atau bahkan kapan mereka tiba di Betlehem. Namun sepertinya, dengan perjalanan mereka yang jauh dan juga perintah dari Herodes untuk membunuh anak-anak di bawah 2 tahun, mereka datang ketika Yesus sudah menjadi seorang balita.

Fakta bahwa sedikit informasi yang diberikan oleh Matius mengenai orang-orang Majus tersebut menunjukkan bahwa fokusnya bukanlah orang-orang Majus ini. Namun, ia ingin menunjukkan fakta bahwa orang kafir pun datang menyembah Mesias orang Yahudi, sambil memberikan persembahan kepada-Nya. Seorang sastrawan mungkin akan tertarik dengan hadiah yang diberikan, karena hal tersebut berada di akhir cerita setelah bertemu dengan Anak tersebut, sehingga bagian ini cukup menonjol untuk diperhatikan.

Mudah sekali untuk mengerti bahwa emas adalah pemberian yang tepat untuk Yesus Kristus. Emas adalah raja dari logam (logam mulia). Ketika emas dipersembahkan kepada Yesus, itu berarti mereka mengakui hak-Nya untuk memerintah. Sering juga diceritakan bahwa ketika orang Majus membawa emas kepada Yesus, mereka sedang dipakai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi Yusuf, untuk membawa anak dan istrinya ke Mesir, lari dari rencana jahat Herodes. Ini mungkin benar; dan kalaupun itu benar, hal ini tetap jauh dari makna persembahan tersebut. Yesus adalah Raja, orang-orang Majus mengetahui hal tersebut. Ia adalah Raja di atas segala raja. Orang-orang Majus mengakui Dia sebagai Raja dengan memberikan emas.

Mudah juga untuk mengerti bahwa kemenyan adalah persembahan yang penting. Kemenyan sering digunakan di tempat ibadah. Biasanya kemenyan dicampur dengan minyak yang digunakan dalam menahbiskan seorang imam bangsa Israel. Kemenyan juga digunakan sebagai bagian dari persembahan syukur dan pujian kepada Allah. Di dalam mempersembahkannya, orang-orang Majus menunjuk Kristus sebagai Imam Agung, seseorang yang hidupnya berkenan dan diterima oleh Bapa-Nya. Sebuah fakta yang menarik bahwa kemenyan tidak pernah dicampurkan dengan persembahan penebusan dosa. Daging dan anggur adalah persembahan untuk dosa, dan tidak boleh dicampurkan dengan kemenyan. Dan hanya persembahan yang tidak berkait dengan dosa, yang boleh dicampur dengan kemenyan.

Ketika kita mengetahui hal tersebut, secara natural kita akan berpikir mengenai Kristus yang diberikan kemenyan tersebut. Ketika musuhnya datang di dalam suatu kesempatan, Kristus menantang mereka dengan pertanyaan, ”Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yoh. 8:46). Mereka pun tidak dapat berkata-kata. Sebelumnya, Kristus berkata mengenai Bapa-Nya “sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh. 8:29). Kita tidak dapat mengatakan kalimat itu. Karena hanya Tuhan Yesus Kristus yang tidak berdosa, maka persembahan kemenyan sangat tepat diberikan kepada Kristus.

Seperti emas yang berkait dengan Kristus sebagai Raja dan kemenyan yang berkait dengan kehidupan-Nya yang sempurna, maka mur terkait dengan kematian-Nya. Mur digunakan untuk pengurapan. Di dalam ukuran kita sebagai manusia, persembahan mur bagi Kristus adalah sebuah persembahan yang aneh, bahkan bisa dianggap menghina. Namun ini bukanlah persembahan yang aneh atau sebuah hinaan. Ini adalah sebuah persembahan iman. Kita tidak dapat mengetahui apa yang orang-orang Majus mengerti mengenai pelayanan Kristus, tetapi kita tahu bahwa Perjanjian Lama berkali-kali memberitahukan mengenai kematian-Nya. Mazmur 22 menjelaskan kematian-Nya melalui penyaliban; dan bagian ini juga yang Yesus kutip ketika Ia berteriak di atas kayu salib, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Maz. 22:2, Mat. 27:46).

Yesaya 53:4-5 mengatakan, ”Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dan dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Kita akan menderita dan mati karena dosa. Mur adalah persembahan yang melambangkan aspek ini di dalam pelayanan Kristus.

Ada beberapa kegunaan lain dari mur di dunia kuno, salah satunya cukup penting. Di dalam Markus 15:23, kita membaca bahwa ketika Yesus disalibkan, para tentara yang menyalibkan-Nya menawarkan anggur yang dicampur dengan mur, dan hal ini ditolak oleh Kristus. Yohanes 19:30 mengatakan bahwa ketika Yesus ditawari anggur kemudian, Ia menerimanya. Ada perbedaan di antaranya? Perbedaannya, anggur yang pertama mengandung mur yang dapat menghilangkan rasa sakit. Karena Kristus mau menanggung seluruh penderitaan dan kematian yang ditimpakan kepada-Nya, dan jika Ia menerima pemberian mur tersebut, Ia telah lari dari pelayanan-Nya. Untuk menggenapi Mazmur 69:22 yang berkata, “dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam,” Ia meminta sesuatu dan meminum apa yang diberikan. Mur digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Yesus menginginkan seluruh penderitaan yang ada di dalam kematian ketika Ia mati bagi kita.

Oleh karena itu dengan iman kita harus mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.

Mulai dengan mur. Mur bukan hanya simbol dari kematian Kristus, tetapi juga kematian rohani kita oleh karena dosa. Letakkanlah itu di bawah kaki Yesus dan berkata, “Tuhan Yesus Kristus, saya tahu bahwa saya tidak sempurna seperti Engkau dan saya orang berdosa. Saya tahu bahwa saya harus menerima konsekuensi dari dosa saya, yaitu disingkirkan dari hadapan-Mu selamanya. Tetapi Engkau mengangkat seluruh dosaku, mati menggantikanku. Saya percaya akan hal itu. Sekarang saya memohon Engkau untuk menerima saya sebagai anak-Mu selamanya.”

Setelah engkau melakukan hal tersebut, datanglah dengan kemenyanmu, akuilah bahwa hidupmu tidak kudus seperti kehidupan Tuhan Yesus Kristus yang tidak berdosa. Alkitab berkata bahwa tidak ada kebaikan manusia yang tidak bercampur dengan kejahatan. Tetapi Alkitab juga mengajarkan bahwa Kristus datang ke dalam kehidupan orang percaya sehingga perbuatan baik mereka dapat menjadi “persembahan yang harum, kudus, dan berkenan di hadapan Allah.”

Terakhir, datanglah dengan emasmu. Emas melambangkan kesetiaan. Oleh karena itu, ketika engkau datang dengan emasmu, engkau mengakui bahwa Yesus berhak untuk mengatur seluruh hidup engkau. Engkau dapat berkata, “Aku adalah hamba-Mu, Engkau adalah Tuanku. Pimpinlah hidupku dan bimbinglah aku sehingga rohaniku dapat bertumbuh dan aku dapat melayani Engkau.”

Jikalau engkau percaya seperti makna dari mur, kemenyan dan emas, maka engkau sudah menjalani kehidupan yang penuh dengan berkat dan sukacita rohani. Karena itu adalah persembahan iman. Itu adalah satu-satunya hal yang dapat kita persembahkan kepada Dia yang telah menganugerahkan segala sesuatu kepada kita. 

 

Oleh: James Montgomery Boice